Para
peneliti berhasil memecahkan misteri pembunuhan berabad-abad lalu
dengan menyatakan bahwa raja Mesir, Ramses III, kemungkinan memiliki
luka sayatan di tenggorokannya. Luka itu diakibatkan oleh para
pengkhianat yang menyusupi para selirnya.
Selain itu, jasad Pangeran Pentawere, putranya yang berkhianat, akhirnya ditemukan.
Foto:
LiveScience/BMJPara ahli telah lama dibuat bingung tentang kematian
Ramses III, yang dipercaya memerintah pada sekitar 1.186 SM sampai 1.155
SM, selama dinasti ke-20 Mesir.
Papirus yang berisi dokumen
pengadilan kuno menunjukkan, para selir raja berencana untuk membunuhnya
sebagai bagian dari kudeta istana, namun masih belum jelas apakah skema
pembunuhan tersebut berhasil dilakukan.
Para peneliti kembali
melakukan penelitian ulang terhadap mumi Ramses III untuk mencari
jawabannya. Hasil pemindaian dengan teknologi computed tomography (CT)
menunjukkan ada luka serius di tenggorokan.
"Luka sayatan besar
dan dalam pada bagian lehernya disebabkan oleh pisau tajam atau benda
tajam lainnya," tulis tim peneliti mengenai temuan mereka dalam sebuah
makalah yang dipublikasikan pada Senin (17 Desember) lalu, dalam
“British Medical Journal”.
Mereka menambahkan, luka sayatan yang
merobek batang tenggorokannya, kerongkongan serta pembuluh darah
besarnya tersebut, langsung membuatnya tewas.
Para peneliti juga
menemukan bantalan jimat mata Horus yang diletakkan pada tenggorokan
mumi tersebut dan mereka mengira bahwa jimat itu adalah jimat
keberuntungan. (Horus adalah dewa pelindung raja-raja di Mesir kuno.)
"Kemungkinan
besar, para pembalsem Mesir kuno berusaha untuk memulihkan luka itu
selama proses mumifikasi dengan memasukkan jimat tersebut (yang umumnya
digunakan untuk tujuan penyembuhan) serta menutupi bagian lehernya
dengan lapisan kain yang tebal," tulis para penelitinya.
Konspirasi
terhadap Ramses III diyakini dipimpin oleh salah seorang istrinya yang
merupakan permaisuri kedua, Ratu Tiye, dan putra mereka, Pangeran
Pentawere. Teks kuno menunjukkan bahwa Pentawere dinyatakan bersalah di
pengadilan, ia lalu bunuh diri, namun tubuhnya masih belum
diidentifikasi sama sekali.
Para peneliti dari studi terbaru juga
meneliti sebuah mumi yang diduga sebagai Pentawere, yang mereka sebut
"E, si pria tak dikenal."
Analisa genetik yang dilakukan terhadap
mumi tersebut menunjukkan bahwa ia memiliki garis keturunan sama
seperti Ramses III, “yang dengan tegas menunjukan bahwa mereka adalah
ayah dan anak,” seperti yang dinyatakan para peneliti.
Karena
ekspresi wajahnya yang berkerut, beberapa ilmuwan berspekulasi bahwa E
diracun atau dikubur hidup-hidup. Analisa terbaru yang mereka lakukan
tidak memberikan informasi rinci mengenai penyebab kematian, namun
mereka menemukan bahwa paru-parunya membengkak, yang bisa menjadi tanda
kematian akibat mati lemas atau tercekik, atau mungkin sebagai akibat
tindakan bunuh diri yang ia lakukan.
E juga dimakamkan dengan
dibungkus kulit kambing, bahan yang dianggap sebagai benda yang murni
dalam ritual di Mesir kuno. Hal ini dapat ditafsirkan sebagai pembuktian
atas hukuman yang ia dapatkan dalam bentuk prosedur pemakaman
non-kerajaan, seperti yang dikatakan para peneliti, yang menyimpulkan
bahwa E adalah "kandidat yang sesuai" untuk Pentawere.
Foto: LiveScience/BMJ
Oleh Megan Gannon, Editor Berita LiveScience | LiveScience.com
Saya Tegaskan Bahwa Sebagian Besar Artikel di Blog Ini Berasal Dari Pulsk.
Artikel Yang Tidak Tercantum Sumbernya Adalah Berasal Dari Puslk
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Copyright by Muhammad Farhan Ammar. Powered by Blogger.
0 Comments:
Post a Comment
Budayakan Meninggalkan Komentar Setelah Membaca Sebuah Artikel :)