Our Sponsors

Saya Tegaskan Bahwa Sebagian Besar Artikel di Blog Ini Berasal Dari Pulsk.

Artikel Yang Tidak Tercantum Sumbernya Adalah Berasal Dari Puslk

Wednesday, June 12, 2013

KEHIDUPAN MASYARAKAT BERBURU DAN MENGUMPULKAN MAKANAN



1.      Lingkungan Alam Kehidupan

                          Kehidupan masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan ini sangat sederhana. Kehidupan mereka tak ubahnya seperti kelompok hewan, karena tergantung pada apa yang disediakan oleh alam. Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, manusia tinggal di alam terbuka seperti hutan, di tepi sungai, di gunung, di goa dan dilembah-lembah. Di samping itu, lingkungan alam kehidupan manusia pada masa berburu dan mengumpulkan makanan belum stabil dan masih liar. Binatang buas menjadi penghalang bagi manusia untuk melaksanakan kehidupannya.
                  Dengan keadaan alam yang sangat berbahaya itu, manusia dalam melakukan perjalanannya cenderung melalui atau menyusuri tepi-tepi sungai. Dalam perjalanan menyusuri sungai inilah timbul pikiran mereka untuk membuat rakit-rakit. Bahkan pada masa selanjutnya mereka dapat menciptakan perahu sebagai sarana perjaalan untuk melalui sungai.

2.      Kehidupan Sosial
                  Masyarakat pada masa berburu dan mengumpulkan makanan telah mengenal kehidupan kelompok. Jumlah anggota dalam tiap kolompok sekitar 10-15 orang. Mereka hidup selalu berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lainnya. Perpindahan yang mereka lakukan itu semata-mata hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam hutan. Dan setelah persediaan dalam hutan habis, mereka terus mencari tempat berburu lagi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kehidupan seperti ini terjadi secara berulang-ulang dari satu tempat ke tempat lain.
                  Hubungan antara anggota kelompok sangat erat. Mereka bekerja secara bersama-sama untuk memenuhi kebutuhan lain atau serangan binatang buas. Meskipun dalam kehidupan yang masih sederhana, mereka telah mengenal adanya pembagian tugas kerja. Kaum laki-laki biasanya bertugas untuk berburu dan kaum perempuan bertugas untuk memelihara anak serta mengumpulkan buah-buahan dari hutan. Masing-masing kelompok itu. Memiliki pemimpin yang sangat ditaati dan sangat dihormati oleh anggota kelompoknya. 

3.      Kehidupan Budaya


                Pada kehidupan masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan, manusia lebih  senang memilih goa-goa sebagai tempat tinggalnya. Dari sisni mereka mulai tumbuh dan berkembang. Mereka mulai membuat alat-alat berburu, alat pemotong, alat pengeruk tanah, dan alat lainnya. Para ahli menafsirkan bahwa pembuat alat-alat tersebut adalah jenis manusia Pithecantropus dan kebudayaannya disebut tradisi Paleolintikum (batu tua). Alat-alat tersebut banyak ditemukan di Kali Baksoka, daerah Kabupaten Pacitan (Jawa Timur) dan kemudian disebut budaya Pacitan. Penelitian ini dilakukan oleh H.R van Heekeren, Besuki, dan R.P Soejono (1953-1954). Budaya Pacitan ini dikenal sebagai tingkat perkembangan budaya batu paling awal di indonesia dan paling banyak jumlahnya.
                Penemuan sejenis juga terdapat di daerah Jampang Kulon(Sukabumi) yang diteliti oleh D. Erdbrink di Gombong, Perigi, dan Tambang Sawah (Bengkulu) diteliti oleh J.H Houbalt, di Lahat, Kalianda(Sumatra Selatan), Sembiran Trunyan (Bali), Wangka, Maumere (Flores), Timor Timur, Awang Bangkal (Kalimantan Timur), dan Cabbenge (Sulawesi Selatan).
     Benda-benda hasil kebudayaan zaman tersebut adalah sebagai berikut:
·         Kapak perimbas kapak perimbas tidak memiliki tangkai dan digunakan dengan cara menggengam. Penelitian terhadap kapak ini dilakukan di daerah punung (Kabupaten Pacitan) oleh von koenigwald(1935). Sedangkan para ahli lainnya juga mengadakan penelitian pada tempat-tempat lain di seluruh wilayah Indonesia, sehingga kapak primbas tidak hanya ditemukan di Pacitan melainkan juga pada tempat-tempat seperti Sukabumi, Ciamis, Gombong, Bengkulu, Lahat (Sumatera), Bali, Flores dan Timor. Para ahli sejarah mengambil suatu kesimpulan bahwa alat-alat itu berasal dari lapisan yang sama dengan Pithecantropus erectus dan diperkirakan juga bahwa Pithecantroupus erectus inilah pembuatanya. Tempat penemuan kapak perimbas di luar wilayah Indonesia seperti Pakistan, Myanmar(Birma), Malaysia,Cina,Thailand,Filipina dan Vietnam.
·         Kapak Penetak kapak penetak memilki bentuk yang hampir sama dengan kapak perimbas. Kapak penetak ini bentuknya lebih besar dari kapak perimbas dan cara pembuatannya masih kasar. Kapak ini berfungsi untuk membelah kayu, pohon, bambu, atau disesuaikan dengan kebutuhannya. Kapak penetak itu ditemukan hampir diseluruh wilayah Indonesia.
·         Kapak Genggam kapak genggam memiliki bentuk hampir sama dengan kapak perimbas dan kapak penetak. Tetapi bentuknya jauh lebih kecil. Kapak genggam dibuat masih sangat sederhana dan belum diasah. Kapak ini juga ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Cara pemakaian digenggam pada ujungnya yang lebih kecil.
·         Pahat Genggam Pahat genggam memiliki bentuk lebih kecil dari kapak genggam. Para ahli mentasfirkan bahwa pahat genggam mempunyai fungsi untuk menggemburkan tanah. Alat ini digunakan untuk mencari ubi-ubian yang dapat dimakan.
·         Alat Serpih Alat serpih memiliki bentuk sangat sederhana dan berdasarkan bentuknya alat-alat itu diduga digunakan sebagai pisau, gurdi, dan alat penusuk. Dengan alat manusia purba mengupas, memotong, dan juga menggali makanan. Alat serpih ini juga ditemukan oleh von Koeningswald pada tahun 1934 di daerah sangiran (Kabupaten Surakarta). Tempat-tempat penemuan lainnya di Indonesia antara lain Cabbenge (Sulawesi Selatan), Maumere(Flores) dan Timor. Alat-alat serpih sangat kecil dan berukuran 10-12cm serta banyak ditemukan pada goa-goa tempat tinggal mereka pada waktu itu.  Pada umumnya goa-goa tidak terganggu keadaannya, maka apa yang ditinggalkan oleh manusia purba masih dapat ditemukan dalam keadaan seperti ditinggalkan oleh penguninya, sehingga goa-goa menjadi salah satu sasaran para ahli untuk penelitian.
·         Alat-alat dari Tulang Alat-alat dari tulang dibuat dari tulang-tulang binatangburuan. Alat-alat yang dibuat dari tulang antara lain pisau, belati, mata tombak, mata panah, dan lain-lainnya. Peralatan dari tulang it banyak ditemukan di Ngandong.
4.      Kehidupan Ekonomi Masyarakat
                 Pada masa kehidupan berburu dan mengumpulkan makanan, manusia bekerja bersama-sama dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam suatu kelompok yang masih sedikit itu, mereka dapat dengan mudah memenuhi sebagian besar kebutuhan hidup dari apa yang telah tersedia di dalam hutan. Bahkan ketika persediaan yang ada di hutan habis, maka mereka pindah untuk menemukan daerah yang menyediakan kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
5.      Kehidupan Kepercayaan Masyarakat
                  Penemuan kuburan dari masa berburu dan mengumpulkan makanan menunjukan bahwa masyarakat pada masa itu sudah memiliki anggapan tertentu dan memberikan penghormatan terakhir kepada orang yang meninggal. Dengan sistem penguburan yang dilakukan oleh manusia purba terhadap anggota masyarakatnya yang meninggal, menyebabkan tingkat kehidupan manusia sudah lebih tinggi dari tingkat makhluk hidup lainnya. Dan pada masa itu manusia telah dapat mempergunakan akal pikirannya, walaupun terbatas hanya pada hal-hal tertentu saja. Tetapi dengan adanya pelaksanaan penguburan terhadap orang meninggal. Telah menjadi salah satu indikasi awal munculnya kepercayaan tentang adanya hubungan antara orang yang sudah meninggal dan yang masih hidup sudah diyakinni.

0 Comments:

Post a Comment

Budayakan Meninggalkan Komentar Setelah Membaca Sebuah Artikel :)

Copyright by Muhammad Farhan Ammar. Powered by Blogger.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...