Our Sponsors

Saya Tegaskan Bahwa Sebagian Besar Artikel di Blog Ini Berasal Dari Pulsk.

Artikel Yang Tidak Tercantum Sumbernya Adalah Berasal Dari Puslk

Sunday, November 24, 2013

Jelangkung Dan Asal Mulanya

Jailangkung sudah dikenal luas di Indonesia karena cerita yang turun temurun serta meledaknya film horor indonesia yang selalu kadang menggunkan jelangkung sebagai judulnya. Jelangkung sendiri biasanya dibuat dari sebuah gayung air yang umumnya terbuat dari tempurung kelapa yang didandani pakaian dan bergagang batang kayu. Setelah melakukan beberapa ritual maka jelangkung yang dibuat tadi bisa bergerak gerak dan ini menandakan jika jelangkung tadi sudah kemasukan jin atau mahluk halus lainnya.  Jika kamu pernah memainkan permainan mistis dan gaib ini maka kamu tidak akan heran lagi, namun apa kamu tahu dari mana asal usul pemainan jelangkung ini berawal? 
Asal Mula Jelangkung
Asal penggunaan istilah “Jailangkung” diduga berhubungan dengan sebuah Kepercayaan tradisional Tionghoa yang telah punah. Ritual ini adalah tentang adanya kekuatan dewa “Poyang” dan “Moyang” (mirip istilah “nenek moyang”) yaitu Cay Lan Gong (“菜篮公”, “Dewa Keranjang”) dan Cay Lan Tse yang dipercaya sebagai dewa pelindung anak-anak. Permainan Cay Lan Gong juga bersifat ritual dan dimainkan oleh anak-anak remaja saat festival rembulan. 
Dalam ritual Cay Lan Gong, dewa “Poyang” dan “Moyang” dipanggil agar masuk ke sebuah boneka keranjang yang tangannya dapat digerakkan. Pada ujung tangan boneka tersebut diikatkan sebuah alat tulis, biasanya kapur. Boneka tersebut juga dihiasi dengan pakaian manusia, dikalungi kunci dan dihadapkan ke sebuah papan tulis, sembari menyalakan dupa. Sahabat anehdidunia.com saat boneka tersebut menjadi terasa berat menurut mereka menjadi pertanda bahwa boneka itu telah dirasuki dewa, dan bergerak mengangguk sebagai pertanda setuju setelah ditanyakan siap tidaknya untuk ditanyai, jawaban-jawaban dari pertanyaan yang diajukan akan dituliskan oleh dewa yang merasuki boneka tersebut pada papan tulis yang disediakan. Ritual Cay Lan Gong sendiri telah punah di Tiongkok, namun diduga ritual dan namanya kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia, menjadi Jailangkung dan masih hidup karena hubungan negeri Tiongkok dan Nusantara yang telah berlangsung ribuan tahun. 
Berbeda dengan Cay Lan Gong, media yang digunakan untuk menampung dewa yang dipanggil dalam Jailangkung adalah gayung penciduk air yang diiringi dengan nyala kemenyan dan perapian. Jaman dahulu gayung terbuat dari tempurung kelapa yang digagangi kayu, sehingga dalam perkembangannya, permainan Jailangkung di Nusantara lebih dikenal dengan ritual pemanggilan dewa lewat boneka berkepala tempurung kelapa yang didandani pakaian. Tetap sebagai permainan anak, boneka ini akan dipegang oleh dua anak yang masih kecil dan dipandu oleh seorang pawang yang memanggil dewa dengan sebuah mantra. Jawaban dari semua pertanyaan akan dituliskan pada sehelai kertas, batu tulis atau kapur. 
Ritual ini dalam perkembangannya di Indonesia mulai digunakan untuk hal-hal selain permainan belaka, seperti untuk mencari informasi tentang diagnosa penyakit dan pengobatannya oleh praktisi kesehatan non-konvensional. Cara memainkan jelangkung pun sebenarnya tidak mudah dan pada umumnya dilakukan oleh tiga orang, yaitu dua orang yang memegang boneka jelangkung, dan pawang yang membaca mantra. Permainan ini kebanyakan dilakukan di tempat yang diyakini angker dan biasanya di waktu senja. Seperti permainan Cay Lan Gong pendahulunya, permainan ini biasanya dimainkan secara beramai-ramai pada saat terang bulan, dan bila makhluk halus tersebut datang, makhluk tersebut akan memperkenalkan dirinya dan bercerita dengan menggunakan bantuan alat tulis. 
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sangat beraneka ragam, seperti nama makhluk tersebut, tahun berapa meninggal dan penyebab meninggal, bahkan sering juga tentang peruntungan masa yang akan datang dan nomer keberuntungan dalam perjudian. Sahabat anehdidunia.com dalam perkembangannya, permainan ini menjadi cukup sederhana, dapat dilakukan cukup hanya dengan menggunakan jangka dengan gambar lingkaran lengkap dengan huruf abjad yang tergambar dalam kertas, dan dengan diiringi suatu mantra sederhana.  Permainan ini juga memiliki berbagai macam versi bahasa.  

Mantra Jelangkung versi bahasa Indonesianya adalah: Jelangkung jelangsat, Di sini ada pesta, Pesta kecil-kecilan, Jelangkung jelangsat, Datang tidak diundang, Pergi tidak diantar.  
Versi Tionghoa adalah Thai lam sin, thai lam fa... Pat nyet sip ng chiang nyi ha loi kau jit ja...oi loi tu loi, ng ho jit sin khi ngoi ngoi... oi hi tu hi, ng ho jit sin ta liong thi... cuk jap co son pun nyi cho, ten sim tham khiau pun nyi ko thai pa so si oi nyi nak, se pa so si oi nyi jung kim ci hiong cuk chiang nyi loi, kim ci hiong cuk chiang nyi con

Versi English 'Cay Lan Kung, 'Cay Lan Tse' On the 15th day of the 8th lunar month I invite you to descend to play for 1 night If your're willing, please come down. Do not just standstill. If wish to go then go, do not rebel bamboo leaves built ship for you to aboard, rows of lanterns become bridge for pass through Big key you can hold, small key you can use Joss paper, incense and candles to invite you to come, joss paper, incense and candles to invite you to leave 
Kata-kata tersebut diucapkan berkali-kali, dan setelah makhluk halus diyakini sudah masuk ke dalam boneka, maka pemain dapat bertanya apapun yang mereka mau. Pertanyaan tersebut akan dijawab dengan alat tulis yang diikat di bawah boneka tersebut. Karena sifatnya yang berupa ritual yang memanggil dan berkomunikasi dengan makhluk halus, permainan jailangkung yang awalnya sekedar permainan kemudian berkembang memunculkan mitos-mitos hantu atau kesurupan sebagai imbas untuk orang yang memainkan permainan ini. Mitos tersebut umumnya adalah bila permainan ini diakhiri tanpa melepas atau berpamitan dengan makhluk halus yang masuk ke dalam boneka, makhluk halus tersebut dapat menjadi marah dan dapat membuat masalah untuk para pemanggilnya.
 
sumber : anehdidunia

0 Comments:

Post a Comment

Budayakan Meninggalkan Komentar Setelah Membaca Sebuah Artikel :)

Copyright by Muhammad Farhan Ammar. Powered by Blogger.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...