Infometafisik.com
- Apakah ada hadis dan riwayat yang menyebutkan bahwa Adam adalah orang
kedelapan yang hidup di muka bumi? Lalu siapa saja tujuh orang sebelum
Nabi Adam itu? Apakah terdapat nabi di antara mereka? Apakah mereka
adalah orang-orang pintar?
Berdasarkan
ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat
keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini
adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi
ini.
Sebelum Nabi
Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan
manusia yang disebut sebagai “insan atau Nsnas” kendati kita tidak
memiliki informasi yang akurat terkait dengan hal-hal detilnya,
tipologi personal dan model kehidupan mereka.
Karena itu,
mungkin saja tatkala penciptaan Adam juga masih terdapat beberapa orang
dari generasi sebelumnya sebagaimana sebagian ulama menyebutkan hal ini
dalam menjelaskan pernikahan anak-anak Adam.
Kami tidak
menjumpai teks-teks agama yang menetapkan bahwa Adam adalah manusia
kedelapan di muka bumi. Benar bahwa terdapat beberapa riwayat yang
menjelaskan bahwa generasi Nabi Adam adalah setelah tujuh periode dan
tujuh generasi semenjak penciptaan Adam. Namun boleh jadi
riwayat-riwayat ini tengah menyinggung banyaknya periode-periode masa
lalu.
Syaikh
Shaduq dalam al-Khishâl, meriwayatkan dari Imam Baqir As yang bersabda,
“Allah Swt semenjak menciptakan bumi, menciptakan tujuh alam yang di
dalamnya (kemudian punah) dimana tidak satu pun dari alam-alam ini
berasal dari generasi Adam Bapak Manusia dan Allah Swt senantiasa
menciptakan mereka di muka bumi dan mengadakan generasi demi generasi
dan alam demi alam muncul hingga akhirnya, menciptakan Adam Bapak
Manusia dan keturunannya berasal darinya.
Adapun
terkait dengan pertanyaan apakah mereka juga merupakan nabi atau
nabi-nabi dan termasuk sebagai manusia-manusia pintar atau tidak? Kita
tidak menemukan penjelasan tentang hal ini dalam ayat-ayat al-Quran dan
riwayat-riwayat. Namun mengingat bahwa mereka sama dengan kita, manusia
(atau Nisnas) maka dari sisi ini kita serupa dengan mereka. Dan tentu
saja mereka memiliki kecerdasan dan sangat boleh jadi dapat dikatakan
bahwa untuk membimbing mereka diutuslah nabi atau nabi-nabi kepada
mereka.
Dengan
memanfaatkan al-Quran dan riwayat-riwayat secara pasti dapat dikatakan
bahwa sebelum Nabi Adam terdapa generasi atau beberapa generasi yang
mirip dengan manusia disebut sebagai “insan atau bangsa Nisnas” meski
terkait dengan hal-hal detilnya, tipologi personal dan model kehidupan
mereka, kita tidak memiliki informasi yang akurat.
Allamah
Thabathabai berkata, “Dalam sejarah Yahudi disebutkan bahwa usia jenis
manusia semenjak diciptakan hingga kini tidak lebih dari tujuh ribu
tahun lamanya...namun para ilmuan Geologi meyakini bahwa usia genus
manusia lebih dari jutaan tahun lamanya. Mereka menyuguhkan sejumlah
argumen untuk dari fosil-fosil yang menyebutkan bahwa terdapat
peninggalan manusia-manusia pada fosil-fosil tersebut.
Di samping
itu, mereka juga membeberkan dalil-dalil skeleton (tengkorak) yang telah
membatu milik manusia-manusia purbakala yang usianya masing-masing dari
fosil dan skeleton itu ditaksir, berdasarkan kriteria-kriteria ilmiah,
kira-kira lebih dari lima ratus ribu tahun. Demikian keyakinan mereka.
Namun dalil-dalil yang mereka suguhkan tidak memuaskan. Tidak ada dalil
yang dapat menetapkan bahwa fosil-fosil ini adalah badan yang telah
membatu milik nenek moyang manusia-manusia hari ini.
Demikian
juga tidak ada dalil yang dapat menolak kemungkinan ini bahwa
tengkorak-tengkorak yang telah membatu ini berhubungan dengan salah satu
dari periode manusia-manusia yang hidup di muka bumi, karena boleh jadi
demikian adanya, dan boleh jadi tidak. Artinya periode kita
manusia-manusia boleh jadi tidak bersambung dengan periode-periode
fosil-fosil yang telah disebutkan, bahkan boleh jadi berhubungan degan
manusia-manusia yang hidup di muka bumi sebelum penciptaan Adam Bapak
Manusia (Abu al-Basyar) dan kemudian punah. Demikian
juga kemunculan manusia-manusia yang kepunahannya berulang, hingga
setelah beberapa periode tibalah giliran generasi manusia masa kini.[1]
Karena itu,
dapat disimpulkan bahwa terdapat manusia sebelum penciptaan Adam dan
setelah manusia Adam ditemukan kemudian malaikat ditugaskan untuk sujud
kepadanya.[2]
Hanya saja
al-Quran tidak menyebutkan secara tegas tentang proses kemunculan
manusia di muka bumi, apakah kemunculan jenis makhluk ini (manusia) di
muka bumi terbatas hanya pada periode sekarang yang kita hidup di
dalamnya, atau periode-periode yang banyak dan periode kita
manusia-manusia sekarang ini merupakan periode terakhir?
Kendati
mungkin sebagian ayat al-Quran menengarai bahwa sebelum penciptaan Adam
As terdapat manusia-manusia yang hidup dimana para malaikat dengan
ingatan pikiran mereka tentang manusia, bertanya kepada Allah Swt,
“Apakah Engkau akan menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan di dalamnya dan menumpahkan darah” [3] dimana dapat
disimpulkan dari ayat ini bahwa terdapat masa yang telah berlalu sebelum
penciptaan Nabi Adam.[4]
Namun
terdapat beberapa riwayat dari para Imam Ahlulbait As yang sampai kepada
kita menegaskan bahwa sebelum generasi ini, terdapat generasi-generasi
sebelumnya yang telah punah dan riwayat-riwayat ini menetapkan
periode-periode manusia sebelum periode yang ada sekarang ini.
Sebagai contoh kami akan menyebutkan sebuah hadis berikut ini:
Penyusun
Tafsir Ayyasyi meriwayatkan dari Hisyam bin Salim dan Hisyam bin Salim
dari Imam Shadiq As yang bersabda, “Apabila malaikat-malaikat tidak
melihat makhluk-makhluk bumi sebelumnya, yang menumpahkan darah lantas
dari mana mereka dapat berkata, “Apakah Engkau akan menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan di dalamnya dan
menumpahkan darah?”[5]
Adapun
sehubungan dengan apakah Adam merupakan manusia kedelapan di muka bumi
ini harus dikatakan bahwa kami tidak menjumpai teks-teks agama yang
menetapkan bahwa Adam adalah manusia kedelapan di muka bumi. Benar
terdapat beberapa riwayat yang menjelaskan bahwa generasi Nabi Adam
setelah tujuh periode dan tujuh generasi semenjak penciptaan Adam. Namun
boleh jadi riwayat-riwayat ini tengah menyinggung banyaknya
periode-periode masa lalu. Misalnya Syaikh Shaduq dalam al-Khishâl,
meriwayatkan dari Imam Baqir As yang bersabda, “Allah Swt semenjak
menciptakan bumi, menciptakan tujuh alam yang di dalamnya (kemudian
punah) dimana tidak satu pun dari alam-alam ini berasal dari generasi
Adam Bapak Manusia dan Allah Swt senantiasa menciptakan mereka di muka
bumi dan mengadakan generasi demi generasi dan masing-masing, alam demi
alam muncul hingga akhirnya, (Allah Swt) menciptakan Adam Bapak Manusia
dan keturunannya berasal darinya.[6]
Boleh jadi
riwayat-riwayat ini dengan memperhatikan riwayat-riwayat lainya yang
menetapkan periode-periode yang banyak pada masa silam, tengah
menyinggung tentang banyaknya periode pada masa silam; misalnya Syaikh
Shaduq dalam kitab Tauhid mengutip riwayat dari Imam Shadiq As yang
bersabda, “Kalian mengira bahwa Allah Swt tidak menciptakan manusia lain
selain kalian. Bahkan (Allah Swt) menciptakan ribuan ribuan Adam dimana
kalian adalah generasi terakhir Adam dari generasi-generasi Adam
(lainnya).”[7]
Demikian
juga dalam al-Khisâl diriwayatkan dari Imam Shadiq As yang bersabda,
“Allah Swt menciptakan dua belas ribu alam yang masing-masing (dari dua
belas ribu itu) lebih besar dari tujuh petala langit dan tujuh petala
bumi. Tiada satu pun dari penghuni satu alam pernah berpikir bahwa Allah
Swt menciptakan alam lainya selain alam (yang ia huni).”[8]
Akan tetapi
sebagaimana yang Anda perhatikan riwayat terakhir menyinggung tentang
penciptaan alam-alam dan boleh jadi alam-alam tersebut berada di luar
planet bumi dan kita dapat memandang riwayat-riwayat yang menyebutkan
tentang tujuh periode sebelumnya di muka bumi itu tidak bertentangan
satu sama lain
Namun
(dengan asumsi adanya manusia-manusia sebelum Adam) apakah tatkala
penciptaan Nabi Adam As manusia dari generasi manusia-manusia sebelumnya
masih tersisa?
Dengan
memperhatikan beberapa indikasi bukan mustahil bahwa pada masa
penciptaan Adam terdapat orang-orang dari generasi-generasi sebelumnya
yang masih tersisa dan tengah mengalami kepunahan. Artinya mereka masih
tetap ada (pada masa penciptaan Adam) sebagaimana disebutkan oleh
sebagian ulama.[9] Salah satu ulama kontemporer terkait dengan
pernikahan anak-anak Adam berkata, “Di sini juga terdapat kemungkinan
lain bahwa anak-anak Adam menikah dengan manusia-manusia yang tersisa
dari generasi sebelum Adam karena sesuai dengan riwayat Adam bukanlah
manusia pertama yang hidup di muka bumi.
Penelitian
ilmiah manusia hari ini menunjukkan bahwa genus manusia kemungkinan
telah hidup di muka bumi semenjak beberapa juta tahun sebelumnya,
padahal sejarah kemunculan Adam hingga masa sekarang ini tidak terlalu
lama (kurang lebih 7000 tahun). Karena itu kita harus menerima bahwa
sebelum Adam terdapat manusia-manusia lainnya yang hidup di muka bumi
yang tatkala kemunculan Adam tengah mengalami kepunahan. Apa
halangannnya anak-anak Adam menikah dengan manusia dari salah satu
generasi sebelumnya yang masih tersisa?”[10]
Tentu saja tidak terdapat keraguan bahwa Nabi Adam adalah manusia pertama dari generasi yang ada sekarang ini.
Al-Quran
nampaknya menegaskan bahwa generasi yang ada sekarang ini berasal dari
ayah dan ibu yang berujung pada satu ayah (bernama Adam) dan satu ibu
(yang dalam beberapa riwayat dan Taurat bernama Hawa) dan kedua manusia
ini adalah ayah dan ibu seluruh manusia. Demikian juga ayat-ayat berikut
menyokong makna ini, “Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari
pati air yang hina (air mani).” (Qs. Al-Sajdah [32]:8); “Sesungguhnya
misal (penciptaan) Isa di sisi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam.
Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya,
“Jadilah” (seorang manusia) , maka jadilah dia.” (Qs. Ali Imran [3]:59);
“(Ingatlah) ketika Tuhan-mu berfirman kepada malaikat, “Sesungguhnya
Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah
Kusempurnakan penciptaannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)-Ku;
maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya.” (Qs. Shad
[38]:71 & 72)
Seperti yang
Anda saksikan ayat-ayat yang telah dikutip memberikan kesaksian bahwa
sunnah Ilahi menjamin lestarinya generasi manusia melalui pembuahan
sperma namun penciptaan dengan sperma ini terjadi setelah dua orang dari
jenis ini (manusia sekarang ini) diciptakan dari tanah liat dan Dia
menciptakan Adam kemudian setelah Adam istrinya yang diciptakan dari
tanah liat (dan setelah memiliki badan dan alat-alat reproduksi, Allah
menciptakan anak-anaknya dengan menciptakan sperma pada badan Adam dan
istrinya). Karena itu, tidak terdapat keraguan bahwa generasi manusia
(sekarang ini) berujung pada Adam dan istrinya berdasarkan bentuk lahir
ayat-ayat yang disebutkan di atas.[11]
Adapun
pertanyaan berikutnya apakah di antara generasi tersebut terdapat
seorang nabi? Apakah mereka juga termasuk orang-orang yang memiliki
intelegensia? Kita tidak menemukan penjelasan tentang hal ini dalam
ayat-ayat al-Quran dan riwayat-riwayat. Namun mengingat bahwa mereka
sama dengan kita, manusia (atau Nisnas) maka dari sisi ini kita sama
dengan mereka. Dan tentu saja mereka memiliki intelegensia dan
kecerdasan serta sangat boleh jadi dapat dikatakan bahwa untuk
membimbing mereka diutuslah nabi atau nabi-nabi kepada mereka.
[1].
Muhammad Husain Thabathabai, terjemahan Persia Tafsir al-Mizân, jil. 4,
hal. 222, Penerjemah Sayid Muhammad Baqir Musawi Hamadani, Intisyarat
Jami’ah Mudarrisin Hauzah Ilmiah Qum, Qum, 1374 S, Cetakan Kelima.
[2]. Ibid, jil. 16, hal. 389.
[3]. (Qs. Al-Baqarah [2]:30)
[4]. Muhammad Husain Thabathabai, Terjemahan Persia Tafsir al-Mizan, jil. 4, hal. 222 dan 223.
[5]. Allamah Majlisi, Bihâr al-Anwâr, jil. 11, hal. 117, Muassasah al-Wafa, Beirut, Libanon, 1404 H.
Syaikh Shaduq, al-Khishâl, jil. 2, hal. 652, Hadis 54.
[6]. Diadaptasi dari Pertanyaan 2999 (Site: 3297)
[7]. Syaikh Shaduq, Tauhid, jil. 2, hal. 277, Cetakan Teheran.
[8]. Al-Khishâl, jil. 2, hal. 639, Hadis 14, Diadaptasi dari Pertanyaan 516 (Site: 563)
[9].
Bagaimanapun tadinya kita (pada masa-masa sebelumnya) tidak memiliki
informasi dan referensi ketika para Imam Syiah berkata-kata tentang
manusia pra Adam (Bapak Manusia) yang berasal dari manusia-manusia yang
telah menjadi fosil. Namun mengingat kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi hari ini, nilai ucapan-ucapan seperti ini akan dipahami lebih
baik dan akan lebih mudah memahamkan kepada kita tentang hubungan mereka
dengan dunia metafisika.
[10]. Nasir
Makarim Syirazi, Tafsir Nemune, jil. 3, hal. 247, Dar al-Kutub
al-Islamiyah, Teheran, 1374 S, Cetakan Pertama; Silahkan lihat, Ya’qub
Ja’fari, (Tafsir) Kautsar, jil. 2, hal. 349.
[11]. Muhammad Husain Thabathabai, Terjemahan Persia Tafsir al-Mizân, jil. 4, hal. 224 dan 225.
0 Comments:
Post a Comment
Budayakan Meninggalkan Komentar Setelah Membaca Sebuah Artikel :)