Muntah adalah suatu gejala bukan merupakan sebuah penyakit. Gejala
ini berupa keluarnya isi lambung dan usus melalui mulut dengan paksa
atau dengan kekuatan. Muntah merupakan refleks protektif tubuh karena
dapat berfungsi melawan toksin yang tidak sengaja tertelan. Selain itu,
muntah merupakan usaha mengeluarkan racun dari tubuh dan bisa mengurangi
tekanan akibat adanya sumbatan atau pembesaran organ yang menyebabkan
penekanan pada saluran pencernaan. Secara umum, muntah terdiri atas tiga
fase, yaitu mual, retching atau manuver awal untuk muntah, dan
regurgitasi atau pengeluaran isi lambung, usus ke mulut.
Muntah adalah keluarnya isi lambung sampai ke mulut. Isi muntahan dapat berupa cairan bercampur makanan atau cairan lambung saja. Dalam keadaan muntah, sering kadang disertai cairan kuning atau bahkan sedikit bercak darah. Pada gangguan yang lebih berat dan berbahaya seperti sumbatan saluran cerna atau ileus dapat mengakibatkan warna muntah hijau.
Muntah pada anak sering menimbulkan kecemasan bagi orang tua. Hal tersebut sangat wajar karena muntah yang terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan) yang merupakan salah satu kondisi kegawatdaruratan pada anak.
Muntah terjadi melalui mekanisme yang sangat kompleks. Terjadinya muntah dikontrol oleh pusat muntah yang ada di susunan saraf pusat otak. Muntah terjadi apabila terdapat kondisi tertentu yang merangsang pusat muntah. Rangsangan pusat muntah kemudian dilanjutkan ke diafragma atau suatu sekat antara dada dan perut dan otot-otot lambung, yang mengakibatkan penurunan diafragma dan kontriksi atau pengerutan otot-otot lambung.
Hal tersebut selanjutnya mengakibatkan peningkatan tekanan di dalam perut khususnya lambung dan mengakibatkan keluarnya isi lambung sampai ke mulut. Beberapa kondisi yang dapat merangsang pusat muntah di antaranya berbagai gangguan di saluran pencernaan baik infeksi termasuk gastroenteritis karena rotavirus dan non infeksi seperti obstruksi saluran pencernaan, toksin (racun) di saluran pencernaan, gangguan keseimbangan, dan kelainan metabolik.
Inilah 15 Penyebab Muntah
Catatan : Penyebab sering (no 1-2) dan penyebab jarang (no. 3-15)
1. Infeksi virus dan gastroentritis akut.
Penyebab paling sering adalah infeksi virus di antaranya adalah gastroenteristis akut biasanya oleh virus khususnya rotavirus. Infeksi diare pada anak paling sering disebabkan karena infeksi rotavirus. Infeksi diare karena rotavirus ini sering diistilahkan muntaber atau muntah berak. Gejala infeksi rotavirus atau virus lainnya berupa demam ringan, diawali muntah sering, diare hebat, dan atau nyeri perut. Muntah dan diare merupakan gejala utama infeksi rotavirus dan dapat berlangsung selama 3-7 hari. Infeksi rotavirus dapat disertai gejala lain yaitu anak kehilangan nafsu makan, dan tanda-tanda dehidrasi. Infeksi rotavirus dapat menyebabkan dehidrasi ringan dan berat, bahkan kematian. Infeksi virus bukan rotavirus biasanya hanya terdapat keluhan muntah sering tanpa diikuti diare yang hebat
2. Penderita alergi dan hipersensitif saluran cerna.
Pada anak penderita alergi khususnya dengan gastrooesephageal refluks. Pada penderita ini, biasanya keluhan muntah atau gumoh sering saat usia di bawah usia 6- 12 bulan. Setelah usia itu keluhan berangsur berkurang dan akan membaik palaing lama setelah usia 5-7 tahun. Pada umumnya usia 3-6 bulan muntah hanya 2-5 kali perhari dan kan membaik dengan pertambahan usia. Serangan gangguan muntah akan lebih berat saat terjadi infeksi saluran napas atau infeksi virus lainnya. Keluhan infeksi virus biasanya disertai keluhan demam, badan hangat, badan pegal, nyeri otot, sakit kepala, nyeri tenggorokan, batuk atau pilek. Makanan pada penderita alergi makanan bisa menyebabkan muntah tetapi hanya lebih ringan dan dalam beberapa saat akan berkurang. Penderita alergi dengan GER biasanya disertai dengan alergi pada kulit, hidung dan saluran napas.
3. Stenosis pilorus
Ini merupakan gangguan yang terjadi pada bayi berupa penyempitan pada bagian ujung lubang tepat makanan keluar menuju ke usus halus. Akibat penyempitan tersebut, hanya sejumlah kecil makanan bisa masuk ke usus, selebihnya akan dimuntahkan sehingga anak mengalami penurunan berat badan. Kondisi ini biasanya menyebabkan "muntah proyektil" sangat kuat dan merupakan indikasi untuk operasi mendesak.
4. Obstruksi usus (sumbatan pada saluran cerna)
5. Terlalu banyak makan
6. Peritonitis (radang pada selaput perut yang membungkus seluruh organ perut dan membatasi rongga perut)
7. Ileus (berhentinya untuk sementara kontraksi normal dinding usus)
8. Kolesistitis (peradangan pada kandung empedu), pankreatitis (peradangan pada pankreas), usus buntu, hepatitis (peradangan pada hati)
9. Keracunan makanan
10. Sistem sensorik dan otak
Penyebab dalam sistem sensorik di antaranya adalah gerakan, motion sickness (yang disebabkan oleh overstimulation dari labirin kanal-kanal telinga), dan penyakit ménière (kelainan yang memengaruhi bagian dalam telinga). Penyebab di otak di antaranya, gegar otak, perdarahan otak, migrain, tumor otak, yang dapat menyebabkan kerusakan kemoreseptor dan intrakranial jinak hipertensi dan hidrosefalus.
11. Gangguan metabolik
Ini mungkin mengganggu baik pada perut dan bagian-bagian otak yang mengkoordinasikan muntah, hypercalcemia (kadar kalsium tinggi), uremia (penumpukan urea, biasanya karena gagal ginjal), adrenal insufisiensi, hipoglikemia dan hiperglikemia.
12. Hiperemesis (mual berlebihan pada saat kehamilan), morning sickness.
13. Reaksi obat
Muntah dapat terjadi sebagai respon somatik akut, efek dari alkohol, opioid, selective serotonin reuptake inhibitor. Banyak obat kemoterapi dan beberapa entheogen (seperti peyote atau ayahuasca) menyebabkan muntah.
14 Penyakit akibat virus norwalk, flu babi dan berbagai penyakit infeksi lainnya.
15. Lain-lain:
- Gangguan makan (anoreksia nervosa atau bulimia nervosa)
- Untuk menghilangkan racun tertelan (beberapa racun tidak boleh dimuntahkan karena mereka mungkin lebih beracun ketika dihirup atau disedot, karena lebih baik untuk meminta bantuan sebelum menginduksi muntah)
- Beberapa orang yang terlibat dalam pesta minuman keras akan mengalami muntah guna memberi ruang dalam perut mereka untuk konsumsi alkohol lebih lanjut.
- Pasca operasi (mual dan muntah pasca operasi)
- bau atau pikiran (seperti materi membusuk, muntah orang lain, memikirkan muntah), dll
- Nyeri ekstrim, seperti sakit kepala yang intens atau infark miokard (serangan jantung)
- Kekerasan, emosi
- Sindrom muntah siklik (Cyclic Vomiting Syndrome/CVS) (kondisi buruk-dipahami dengan serangan muntah)
- Dosis tinggi radiasi pengion kadang-kadang akan memicu refleks muntah di korban
- Batuk, cegukan, atau asma
- Gugup
- Melakukan aktivitas fisik (seperti berenang) segera setelah makan.
- Dipukul keras di perut.
- Kelelahan (melakukan latihan berat terlalu banyak dapat menyebabkan muntah tak lama kemudian).
- Sindrom ruminasi, gangguan kurang terdiagnosis dan kurang dipahami yang menyebabkan penderita memuntahkan makanan yang tak lama setelah dikonsumsi.
Dampak dan komplikasi
- Dehidrasi. Pada saat muntah, maka isi perut yang kebanyakan adalah cairan akan keluar, sehingga membuat tubuh kehilangan cairan yang tadinya penting untuk berperan dalam homeostasis. Dehidrasi ini akan berimplikasi hipovolemik pada tubuh, kulit kering, rasa haus, lemas, anak gelisah. Bila berat dapat terjadi napas cepat, tekanan darah turun, gangguan jantung, kejang, penurunan kesadaran, bahkan dapat mengancam jiwa.
- Acidosis metabolik, akibat kekurangan H+ pada lambung.
- Kerusakan gigi akibat tergerus asam lambung (perimylolysis). Pada saat muntah, asam lambung akan keluar bersamaan dengan isi perut. Ketika asam lambung keluar dan berada di dalam mulut, maka akan merusak email gigi sehingga gigi menjadi rapuh dan gampang rusak.
Penanganan
- Pemberian cairan (minum) untuk menggantikan cairan yang telah hilang dan mencegah terjadinya dehidrasi.
- Posisikan anak pada posisi telungkup atau miring (miring ke kiri atau ke kanan) untuk menghindari isi muntahan masuk ke saluran napas.
- Perhatikan tanda-tanda dehidrasi. Dehidrasi adalah keadaan tubuh kekurangan cairan. Dehidrasi dapat terjadi apabila anak muntah terus-menerus. Dehidrasi yang berat dapat mengancam nyawa.
- Tetap berikan cairan. Pemberian cairan (minum) sangat penting untuk mencegah anak dehidrasi. Apabila anak menolak, tetap bujuk anak untuk minum. Untuk Bayi, bila anda masih menyusui, berikan ASI. Dokter mungkin akan menambahkan cairan elektrolit (oralit). Bila bayi anda mendapatkan susu formula, dokter mungkin akan menggantikan sementara susu formula dengan oralit selama 12-24 jam pertama, atau menganjurkan untuk memberikan susu formula yang 2 kali lebih encer dibandingkan susu formula yang biasa diberikan.
Untuk anak yang lebih besar dapat diberikan air, air bercampur gula (1 sendok teh gula dalam 120 ml air), dan oralit. Berikan cairan dalam jumlah sedikit-sedikit tapi sering (1 sendok teh tiap 1-2 menit). Apabila toleransi anak baik atau tidak muntah lagi, tingkatkan jumlah cairan secara bertahap. Apabila anak tetap muntah, tunggu 30-60 menit terhitung sejak muntah terakhir, lalu berikan 1 sendok teh cairan setiap 1-2 menit. Pemberian cairan dalam jumlah sedikit namun frekwensinya sering relatif lebih mudah ditoleransi anak dari pada pemberian dalam jumlah banyak sekaligus.
- Modifikasi pola makan. Hindari pemberian makanan yang padat, berserat dan keras dan berlemak karena makanan tersebut relatif lebih lama dicerna dan dapat merangsang muntah.
- Saat muntah berlebihan atau melebihi 5 kali sehari sebaiknya dipuasakan sementara sambil minum obat muntah. Setelah 1 jam baru boleh minum sedikit-sedikit tapi sering.
0 Comments:
Post a Comment
Budayakan Meninggalkan Komentar Setelah Membaca Sebuah Artikel :)