Makan
sushi itu biasa. Tapi kalau makan sushi di atas tubuh wanita tanpa
busana, tentu di luar kebiasaan. Inilah salah satu gaya jamuan ala mafia
Jepang alias Yakuza.
Gaya makanan seperti ini disebut nyotaimori. Hal ini sudah dilarang di Jepang, tapi para Yakuza menjalankannya di tempat prostitusi yang mereka kelola.
Untuk dapat layanan nyotaimori, setiap orang minimal kena tarif 15.000 yen atau Rp 1,4 juta.
Kalangan pimpinan Yakuza menikmati nyotaimori sambil minum minuman keras. Mereka juga ditemani para wanita yang siap memberikan pelayanan.
"Nyotaimori ini tradisi lama, mungkin sejak zaman shogun-shogun dulu. Sebuah ritual, tapi sekarang ini nilainya sudah jauh berbeda," kata Richard Susilo, penulis buku Yakuza Indonesia saat berkunjung ke redaksi merdeka.com, Saat ini nyotaimori sudah banyak diikuti dunia malam di negara-negara lain, termasuk Indonesia. Tak ada nilai tradisi, hanya menjual sensasi mesum belaka.
Richard menjelaskan nyotaimori tak bisa dilakukan sembarangan. Butuh proses yang cukup berliku.
"Kalau yang asal-asalan bisa diare. Sushi kena keringat jadi sarang bakteri," katanya.
Dalam nyotaimori yang asli, 'wanita sushi' harus mandi sebersih-bersihnya sebelum tampil. Setelah itu kulitnya ditaburi bubuk khusus yang menjaga temperatur tubuhnya tetap dingin. Butuh latihan juga agar wanita ini bisa tetap diam berjam-jam tanpa ekspresi selama ritual berlangsung.
Dalam bukunya, Richard membeberkan tak hanya Yakuza yang doyan makan seperti ini. Seorang anggota DPRD Hokaido pernah ditangkap polisi karena melakukan pesta sushi telanjang ini bersama rekan-rekannya. Mereka menggunakan gadis 16 tahun untuk 'piring hidupnya'.
"Tapi biasanya jika ada permainan seks, biasanya bukanlah perempuan nyotaimori yang dipakai, melainkan perempuan lain yang biasanya menemani para Bos Yakuza itu. Nyotaimori hanya menjadi semacam pertunjukan, perangsang libido seks manusia dan bahan pelepasan kepuasan laki-laki Yakuza," jelas Richard
Gaya makanan seperti ini disebut nyotaimori. Hal ini sudah dilarang di Jepang, tapi para Yakuza menjalankannya di tempat prostitusi yang mereka kelola.
Untuk dapat layanan nyotaimori, setiap orang minimal kena tarif 15.000 yen atau Rp 1,4 juta.
Kalangan pimpinan Yakuza menikmati nyotaimori sambil minum minuman keras. Mereka juga ditemani para wanita yang siap memberikan pelayanan.
"Nyotaimori ini tradisi lama, mungkin sejak zaman shogun-shogun dulu. Sebuah ritual, tapi sekarang ini nilainya sudah jauh berbeda," kata Richard Susilo, penulis buku Yakuza Indonesia saat berkunjung ke redaksi merdeka.com, Saat ini nyotaimori sudah banyak diikuti dunia malam di negara-negara lain, termasuk Indonesia. Tak ada nilai tradisi, hanya menjual sensasi mesum belaka.
Richard menjelaskan nyotaimori tak bisa dilakukan sembarangan. Butuh proses yang cukup berliku.
"Kalau yang asal-asalan bisa diare. Sushi kena keringat jadi sarang bakteri," katanya.
Dalam nyotaimori yang asli, 'wanita sushi' harus mandi sebersih-bersihnya sebelum tampil. Setelah itu kulitnya ditaburi bubuk khusus yang menjaga temperatur tubuhnya tetap dingin. Butuh latihan juga agar wanita ini bisa tetap diam berjam-jam tanpa ekspresi selama ritual berlangsung.
Dalam bukunya, Richard membeberkan tak hanya Yakuza yang doyan makan seperti ini. Seorang anggota DPRD Hokaido pernah ditangkap polisi karena melakukan pesta sushi telanjang ini bersama rekan-rekannya. Mereka menggunakan gadis 16 tahun untuk 'piring hidupnya'.
"Tapi biasanya jika ada permainan seks, biasanya bukanlah perempuan nyotaimori yang dipakai, melainkan perempuan lain yang biasanya menemani para Bos Yakuza itu. Nyotaimori hanya menjadi semacam pertunjukan, perangsang libido seks manusia dan bahan pelepasan kepuasan laki-laki Yakuza," jelas Richard
0 Comments:
Post a Comment
Budayakan Meninggalkan Komentar Setelah Membaca Sebuah Artikel :)