Manusia bergantung pada sejumlah besar mikroba agar tetap dapat bertahan
hidup. Sistem pencernaan manusia sendiri merupakan rumah bagi sekitar
100 triliun mikroba. Mikroba bersahabat yang akrab disebut probiotik ini
melindungi tubuh dari kuman, memecah makanan untuk melepaskan energi,
dan menghasilkan vitamin.
Sebuah temuan dari John E. Baker, Ph.D., pakar bedah jantung di Medical College of Wisconsin
di Milwaukee menunjukkan bahwa jenis dan tingkat bakteri usus dapat
digunakan untuk memprediksi kemungkinan serangan jantung. Penelitiannya
menunjukkan bahwa probiotik dapat melindungi jantung pasien yang
menjalani operasi jantung dan angioplasti.
Penemuan yang
dipublikasikan oleh jurnal FASEB ini dapat membuka kemungkinan tes
diagnostik baru dan terapi yang dapat digunakan untuk mencegah dan
mengobati serangan jantung.
"Penemuan kami merupakan tonggak
revolusioner dalam pencegahan dan pengobatan serangan jantung. Hubungan
antara bakteri usus dan cedera jantung akan mengurangi risiko kematian
akibat serangan jantung. Jika ditambah dengan penggunaan probiotik akan
dapat meningkatkan kesehatan jantung secara keseluruhan," kata Prof
Baker seperti dilansie ScienceDaily, Selasa (6/3/2012).
Prof
Baker dan rekan-rekannya memberikan perlakuan yang dapat memicu
serangan jantung pada tiga kelompok tikus secara terpisah. Kelompok
pertama diberi makanan biasa. Kelompok kedua diberi antibiotik
vankomisin, dan kelompok ketiga memakan suplemen yang mengandung
probiotik Lactobacillus plantarum, bakteri yang menekan produksi hormon
leptin yang terkait dengan nafsu makan dan metabolisme.
Ternyata
tikus yang diberi antibiotik juga menunjukkan penurunan kadar leptin.
Kedua kelompok tikus yang memiliki kadar leptin rendah lebih jarang
mengalami serangan jantung serius dan pulih lebih cepat.
"Kami
mungkin tidak siap meresepkan yoghurt untuk mencegah serangan jantung,
tapi penelitian ini memberikan kita pemahaman yang lebih baik bagaimana
mikroba ini mempengaruhi respon tubuh terhadap cedera," kata Dr Gerald
Weissmann, kepala editor jurnal FASEB.
Prof Jeremy Pearson, direktur medis asosiasi di British Heart Foundation,
menekankan bahwa penelitian lebih lanjut akan diperlukan untuk
menunjukkan apakah efek pada tikus ini akan berlaku untuk manusia juga.
Usus manusia mengandung sekitar 1.500 spesies bakteri. Jumlah sebanyak
ini menyebabkan kesulitan dalam mengontrol jumlahnya demi keperluan
medis.
Memang ada produk yang mengklaim dapat memanipulasi jumlah
bakteri, contohnya yogurt yang mengandung bakteri Lactobacillus hidup.
Namun, para ahli masih belum banyak memahami bagaimana dapat melakukan
hal ini secara nyata.
Saya Tegaskan Bahwa Sebagian Besar Artikel di Blog Ini Berasal Dari Pulsk.
Artikel Yang Tidak Tercantum Sumbernya Adalah Berasal Dari Puslk
Friday, January 25, 2013
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Copyright by Muhammad Farhan Ammar. Powered by Blogger.
0 Comments:
Post a Comment
Budayakan Meninggalkan Komentar Setelah Membaca Sebuah Artikel :)