Pemerintah China kini tengah berjuang untuk mendorong sekitar 100 juta warganya yang memeluk keyakinan atau agama untuk meninggalkan hal-hal yang bersifat tahayul terkait penyakit dan kematian, kata pejabat urusan agama negara itu kepada harian pemerintah, melansir dari independent.co.uk.
Wang Zuoan, kepala urusan agama pemerintah, mengatakan telah terjadi ledakan penganut agama/kepercayaan di China seiring dengan membaiknya perekonomian bangsa itu, yang ia nilai diakibatkan oleh keinginan untuk mengetahui kepastian dalam dunia yang semakin kompleks.
Sekalipun agama bisa menjadi kekuatan untuk kebaikan di bangsa yang secara resmi ateis itu, namun penting untuk memastikan jika orang-orang tidak salah.
"Agama pada dasarnya menjunjung tinggi perdamaian, rekonsiliasi dan harmoni dan dapat memainkan perannya dalam masyarakat," kata Wang.
"Tapi karena berbagai faktor yang kompleks, agama bisa menjadi pemicu atas kerusuhan dan antagonisme. Melihat keadaan agama dunia saat ini, kami harus sangat jelas tentang hal itu," ungkapnya.
Sebagai partai berkuasa yang mengikuti Marxisme, kami perlu membantu rakyat membentuk pandangan dunia yang benar dengan secara ilmiah memandang penuaan, penyakit dan kematian, serta keberuntungan dan kemalangan, dengan mempopulerkan pengetahuan ilmiah. Tapi kami harus menyadari bahwa ini adalah proses yang panjang dan kami perlu untuk bersabar dan bekerja keras guna mencapainya," katanya dalam suatu komentar publik yang jarang terkait kebijakan agama pemerintah.
"Agama telah ada untuk waktu yang sangat lama, dan jika kami terburu-buru untuk mendorong hasil dan ingin segera membebaskan orang-orang dari pengaruh agama, maka akan menghasilkan dampak yang berlawanan dan mendorong orang ke arah yang berlawanan". Sekitar setengah dari pemeluk agama di China adalah Muslim atau Kristen, setengahnya lagi Buddha dan Taois, katanya, seraya menambahkan jika jumlah sebenarnya mungkin lebih besar dari perkiraan resmi 100 juta orang.
Kelompok HAM mengatakan bahwa meskipun ada jaminan konstitusional kebebasan beragama, namun pemerintah melakukan pengawasan ketat, terutama kepada warga Tibet, Muslim Uighur di Xinjiang dan Kristen, banyak dari mereka yang mempraktekan agama secara rahasia, seperti beribadah di bawah tanah.
sumber: LOL
0 Comments:
Post a Comment
Budayakan Meninggalkan Komentar Setelah Membaca Sebuah Artikel :)