Cara Praktis Budidaya Terong
Tanaman
terong tumbuh hampir di setiap
jenis tanah dengan kisaran pH 5-6. Tanaman ini memerlukan air yang cukup
untuk menopang pertumbuhannya. Ketinggian tempat yang dapat ditanami
tanaman terong antara 1-1200
mdpl dengan suhu optimal 18°-25°C.
|
PERSIAPAN
TEKNIS
Derajat
keasaman tanah (pH) perlu diukur untuk menentukan jumlah pemberian kapur
pertanian pada tanah masam atau pH rendah (di bawah 6,5). Pemberian kapur
pertanian berfungsi untuk menetralkan pH tanah (pH 7) atau setidaknya
mendekati netral. Pengukuran bisa
dilakukan dengan kertas lakmus, PH meter, atau cairan PH tester.
Pengambilan titik sampel bisa dilakukan dengan cara zigzag.
|
PELAKSANAAN
BUDIDAYA
Persiapan Lahan
Persiapan
lahan meliputi pembajakan dan penggaruan tanah, Pembuatan bedengan kasar
dengan lebar 110-120 cm, tinggi 40-70 cm dan lebar parit 50-70 cm,
pemberian kapur pertanian sebanyak 200 kg/rol mulsa PHP (Plastik Hitam
Perak) untuk tanah dengan pH di bawah 6,5, pemberian pupuk kandang yang
sudah difermentasi sebanyak 20 ton/ha dan pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 150
kg/rol mulsa PHP, kemudian dilakukan pengadukan/pencacakan bedengan agar
pupuk yang sudah diberikan bercampur dengan tanah, persiapan selanjutnya
pemasangan mulsa PHP, pembuatan lubang tanam dengan jarak tanam ideal untuk musim kemarau 60
cm x 60 cm sedangkan untuk musim penghujan bisa diperlebar 70 cm x 60 cm
dan kemudian dilakukan pemasangan ajir.
|
Persiapan Pembibitan dan Penanaman
Pada
persiapan pembibitan dibutuhkan rumah atau sungkup pembibitan untuk
melindungi bibit yang masih muda. Kemudian menyediakan media semai dengan
komposisi 20 liter tanah, 10 liter pupuk kandang, dan 150 g NPK halus.
Media campuran dimasukkan ke dalam polibag semai. kemudian benih disemaikan
pada polibag. Untuk mempercepat perkecambahan benih permukaan media ditutup
dengan kain goni (bisa juga menggunakan mulsa PHP) dan dijaga dalam keadaan
lembab.
Pembukaan penutup permukaan media semai
dilakukan apabila benih sudah berkecambah, baru kemudian benih disungkup
menggunakan plastik transparan. Pembukaan sungkup dimulai pada jam 07.00 -
09.00, dan dibuka lagi jam 15.00-17.00. Umur 5 hari menjelang tanam sungkup
harus dibuka secara penuh untuk penguatan tanaman. Penyiraman jangan
terlalu basah dan dilakukan setiap pagi.
Penyemprotan dengan fungisida berbahan aktif simoksanil dan
insektisida berbahan aktif imidakloprid pada umur 15 hss (hari setelah
semai) dengan dosis ½ dari dosis terendah. Bibit yang sudah memiliki 4
helai daun sejati siap untuk pindah tanam ke lahan.
|
Pemeliharaan
1.
Penyulaman
Penyulaman
dilakukan sampai dengan umur tanaman 2 minggu. Tanaman yang sudah terlalu
tua apabila masih terus disulam mengakibatkan pertumbuhan tidak seragam.
Dan akan berpengaruh terhadap pengendalian hama penyakit.
|
2.
Perempelan
dan Pengikatan Tanaman
Perempelan
tunas samping pada tanaman terong
dilakukan sampai dengan pembentukan cabang, baik pada cabang utama, cabang
kedua, ketiga dan seterusnya di atas cabang utama. Jadi di atas cabang
utama, cabang yang dipelihara adalah cabang-cabang produktif, dimana cabang-cabang
produktif ini selalu diikuti dengan munculnya bunga. Perempelan tunas
samping dilakukan pada semua tunas yang keluar di ketiak daun, baik di
bawah cabang utama maupun di bawah cabang-cabang produktif. Perempelan
tunas di bawah cabang utama bertujuan untuk memacu pertumbuhan vegetatif
tanaman agar tanaman tumbuh kekar, disamping itu juga menjaga kelembaban
pada saat tanaman sudah dewasa, sedangkan perempelan tunas dibawah cabang-cabang
produktif bertujuan untuk menjaga kelembaban tanaman dan mengoptimalkan
produksi.
Perempelan
daun di bawah cabang utama dilakukan pada saat tajuk tanaman telah menutupi
seluruh daun bagian bawah, pada saat ini daun sudah tidak berfungsi secara
optimal, justru sangat disenangi
hama dan penyakit tanaman. Perempelan pada daun juga dilakukan bagi
daun tua/terserang penyakit.
|
3.
Sanitasi
Lahan dan Pengairan
Sanitasi
lahan pada budidaya terong
meliputi : pengendalian gulma/rumput, pengendalian air saat musim hujan
sehingga tidak muncul genangan, perempelan daun dan pencabutan tanaman yang
terserang hama penyakit.
Pengairan diberikan secara terukur, dengan penggenangan
atau pengeleban seminggu sekali jika tidak turun hujan. Penggenangan jangan
terlalu tinggi, batas penggenangan hanya 1/3 dari tinggi bedengan.
|
4.
Pemupukan
Susulan
Pupuk
yang digunakan pada pemupukan susulan meliputi pupuk akar dan pupuk daun. Pupuk
akar diberikan dengan cara pengocoran yaitu saat tanaman berumur 15 hst dan
30 hst berikan 3kg NPK 15-15-15 kemudian larutkan dalam 200lt air, larutan
ini dapat digunakan untuk 1000 tanaman dan masing-masing tanaman diberikan 200ml. Pada umur 45 hst
dosisnya 4kg NPK 15-15-15 dilarutkan dalam 200lt air, untuk 1000 tanaman
dan masing-masing tanaman diberikan
200ml. Sedangkan pada umur 60 hst dan 75 hst, dosisnya 5kg NPK 15-15-15
dilarutkan dalam 200lt air, untuk 1000 tanaman dan tiap tanaman 200ml.
Pupuk
daun dengan kandungan Nitrogen tinggi diberikan pada umur 14 hst dan 21
hst. Sedangkan kandungan Phospat, Kalium dan mikro tinggi diberikan umur 30
hst dan 60 hst.
|
5.
Pengendalian
Hama dan Penyakit Tanaman
a.
Hama
1.
Ulat Tanah
Hama jenis ini menyerang tanaman pada malam
hari, sedangkan pada siang harinya bersembunyi di dalam tanah atau di
balik mulsa PHP. Ulat tanah menyerang batang tanaman yang masih muda
dengan cara memotongnya, sehingga sering dinamakan juga ulat pemotong.
Cara pengendaliannya adalah dengan pemberian insektisida berbahan aktif karbofuran
sebanyak 1gram pada lubang tanam.
|
2.
Ulat Grayak
Ulat grayak menyerang daun tanaman
bersama-sama dalam jumlah yang sangat banyak, ulat ini biasanya menyerang
di malam hari. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan penyemprotan
insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos,
klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo dengan dosis
sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.
|
3.
Ulat Buah
Ulat menyerang terong dengan cara mengebor buah
sambil memakannya. Buah yang terserang akhirnya berlubang.
Pengendaliannya dengan cara penyemprotan insektisida berbahan aktif
sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil,
kartophidroklorida, atau dimehipo dengan dosis sesuai petunjuk yang
tertera pada kemasan.
|
4.
Kutu Daun
Kutu daun mengisap cairan tanaman terutama
pada daun yang masih muda, kotoran dari kutu ini berasa manis sehingga
menggundang semut. Daun yang terserang mengalami klorosis(kuning),
menggulung dan mengeriting, akhirnya tanaman menjadi kerdil.
Pengendaliannya dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif abamektin,
imidakloprid, tiametoksam, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin
dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.
|
5.
Kutu Kebul
Hama ini berwarna putih, bersayap dan
tubuhnya diselimuti serbuk putih seperti lilin. Kutu kebul menyerang dan
menghisap cairan sel daun sehingga sel-sel dan jaringan daun rusak.
Pengendalian hama ini dengan cara penyemprotan insektisida berbahan aktif
abamektin, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin
dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.
|
6.
Kumbang Kuning
Tanaman terong menjadi inang dari kumbang
ini, kumbang berwarna kuning dengan seluruh tubuh diselimuti seperti
duri. Pengendaliannya dengan cara penyemprotan insektisida berbahan aktif
sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil,
kartophidroklorida, atau dimehipo dengan dosis sesuai petunjuk yang
tertera pada kemasan.
|
7.
Lalat Buah
Lalat buah menyerang buah terong dengan cara
menyuntikkan telurnya ke dalam buah, kemudian telur berubah menjadi
larva, telur-telur inilah yang akhirnya menggerogoti buah terong sehingga
buah menjadi busuk. Pengendalian lalat buah dapat menggunakan perangkap
lalat (sexpheromone), caranya : metil eugenol dimasukkan pada botol aqua
yang diikatkan pada bambu dengan posisi horisontal, atau dapat pula
menggunakan buah-buahan yang aromanya disukai lalat (misal nangka, timun)
kemudian dicampur insektisida berbahan aktif metomil. Selain itu juga dapat dilakukan
penyemprotan menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin,
deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau
dimehipo dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.
|
|
b.
Penyakit
1.
Rebah Semai
Rebah semai biasa menyerang tanaman terong pada fase pembibitan. Cara
pengendaliannya dengan penyemprotan fungisida sistemik berbahan aktif
propamokarb hidroklorida, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau
dimetomorf dengan dosis ½ dari dosis terendah yang tertera pada kemasan.
|
2.
Layu Bakteri
Penyakit ini sering menggagalkan tanaman,
Serangannya disebabkan oleh bakteri. Upaya pengendalian yang dapat
dilakukan antara lain dengan meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman
yang terserang, melakukan penggiliran tanaman serta penyemprotan secara
kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan
aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau
oksitetrasiklin dengan dosis sesuai pada kemasan.
|
3.
Layu Fusarium
Gejala yang ditimbulkan oleh layu fusarium
hampir sama dengan layu bakteri,
yang membedakan hanyalah penyebabnya. Layu fusarium disebabkan oleh
serangan jamur. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan antara lain
dengan meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman yang terserang,
melakukan penggiliran tanaman serta penyemprotan secara kimiawi
menggunakan fungisida berbahan aktif benomil, metalaksil atau propamokarb
hidroklorida dengan dosis sesuai pada kemasan.
|
4.
Busuk Phytopthora
Busuk phytopthora menyerang semua bagian
tanaman. Batang yang terserang ditandai dengan bercak coklat kehitaman
dan kebasah-basahan. Serangan serius menyebabkan tanaman layu. Daun terong yang terserang seperti
tersiram air panas. Sedangan serangan pada buah ditandai dengan bercak
kebasah-basahan yang menjadi coklat kehitaman dan lunak. Pengendalian
secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang
bisa digunakan adalah metalaksil, propamokarb hidroklorida, simoksanil,
atau dimetomorf dan fungisida kontak berbahan aktif tembaga, mankozeb,
propineb, ziram, atau tiram.
|
5.
Bercak Daun
Penyakit ini disebabkan oleh serangan
bakteri, berkembang pesat terutama pada musim hujan. Serangan ditandai
dengan adanya bercak putih dan bersudut karena dibatasi tulang daun.
Kemudian bercak berubah menjadi cokelat kelabu serta bagian bawah daun
mengeluarkan cairan, akhirnya daun mengering. Pengendaliannya menggunakan
bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin,
streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin,
atau dari golongan anorganik seperti tembaga. Dosis sesuai pada kemasan.
|
6.
Antraknosa
Antraknosa sering juga diistilahkan dengan
nama patek. Penyakit ini menyerang semua bagian tanaman yang ditandai
dengan adanya bercak agak bulat berwarna cokelat muda, lalu berubah
menjadi cokelat tua sampai kehitaman. Semakin lama bercak melebar dan
menyatu akhirnya daun mengering. Gejala lain adalah bercak bulat
memanjang berwarna kuning atau cokelat. Buah yang terserang akan nampak
bercak agak bulat dan berlekuk berwarna cokelat tua, disini cendawan akan
membentuk massa spora berwarna merah jambu. Pengendalian secara kimiawi
menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan
adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau
tebukonazol, dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil,
azoksistrobin, atau mankozeb.
|
7.
Virus
Virus merupakan penyakit yang sangat
berpotensi menimbulkan kegagalan terutama pada musim kemarau. Gejala
serangan umumnya ditandai dengan pertumbuhan tanaman yang mengerdil, daun
mengeriting dan terdapat bercak kuning kebasah-basahan. Penyakit virus
sampai saat ini belum ditemukan penangkalnya. Penyakit ini ditularkan
dari satu tanaman ke tanaman lain melalui vektor atau penular. Beberapa
hama yang sangat berpotensi menjadi penular virus diantaranya adalah kutu
kebul, kutu daun, thrips dan tungau. Manusia dapat juga berperan sebagai
penular virus, baik melalui alat-alat pertanian maupun tangan terutama
pada saat perempelan. Beberapa upaya penanganannya virus antara lain :
membersihkan gulma (karena gulma berpotensi menjadi inang virus),
mengendalikan hama/serangga penular virus, memusnahkan tanaman yang sudah
terserang virus, kebersihan alat dan memberi pemahaman kepada tenaga
kerja agar tidak ceroboh saat melakukan penanganan terhadap tanaman.
|
|
Strategi Pengendalian Hama dan Penyakit :
Penyemprotan
pestisida harus dilakukan berseling atau penggantian bahan
aktif yang tertera di atas setiap melakukan penyemprotan, jangan
menggunakan bahan aktif yang sama secara berturut-turut. Tanaman terong merupakan tanaman yang tahan
terhadap serangan hama penyakit, sehingga penyemprotan dapat dilakukan 1
minggu sekali atau sesuai kebutuhan. Jadi penggunaan pestisida dapat
dihemat.
|
PANEN
Buah terong
dapat dipanen saat tanaman berumur 55 hst. Buah yang dipanen adalah buah
yang masih muda, warna buahnya belum memudar. Untuk menjaga kondisi tanaman
agar tetap sehat, pada saat pemanenan gunakan alat seperti gunting, sabit,
pisau atau sejenisnya supaya bekas potongan tidak mudah terserang penyakit
terutama pada musim hujan.
0 Comments:
Post a Comment
Budayakan Meninggalkan Komentar Setelah Membaca Sebuah Artikel :)