Jane mengenakan pita kuning itu setiap
hari dilehernya.Maksud saya benar-benar setiap hari.Tak peduli itu
panas,hujan,cerah,berawan,cocok atau tidak dengan pakaian yang
dikenakan,ia selalu memakainya.Dan itu sedikit mengganggu pikiran
saya.Awalnya saya tidak menyadarinya,kami berdua merupakan tetangga dari
saat Jane masih berumur 3 tahun tapi setelah kami menginjak di bangku
SMA,saya baru menyadarinya.
"Mengapa kamu selalu memakai pita kuning itu Jane?"Saya bertanya seperti itu padanya setiap hari,tapi ia hanya tersenyum dan tidak mengatakan apa-apa.
Meskipun jengkel,saya tetap menganggapnya manis.Kami makan es krim sundae bersama,memintanya untuk datang untuk melihat permainan sepak bola.Lalu saya pun mulai sering mampir kerumahnya,mengajaknya kencan dan tentu saja dia selalu menyanggupinya dan selalu memakai gaun kuning yang cocok dengan warna pita dilehernya itu setiap kami pergi jalan.
Akhirnya kami resmi berpacaran.Dan saya masih belum bisa mengetahui rahasia di balik pita kuning itu.Kemudian pertanyaan itu kembali saya lontarkan lagi kepadanya.
"Mungkin suatu hari nanti saya akan menceritakannya padamu John."ia menjawab akhirnya.
Hah? Suatu hari? Suatu hari itu kapan? Hal ini benar-benar membuat penasaran sekaligus jengkel.Tapi saya tidak sanggup menampilkan wajah kesal karena melihat sikapnya yang sangat polos dan lucu.
Waktu pun berlalu dengan cepat.Johnny pun memutuskan melamar Jane dan gadis itu menerimanya.Mereka berdua mengadakan pesta pernikahan yang besar dan Jane pernah mengatakan mungkin ia akan mengatakan rahasia pita kuningnya itu saat hari pernikahan.
Saya akan menanyakannya kembali,pikir John saat itu.Tapi entah bagaimana setiap ia ingin bertanya selalu saja tidak ada kesempatan,entah sibuk merias wajah pengantin,wedding planner yang ingin mengkonfirmasi ulang acara,atau mengobrol dengan para tamu.Sampai akhirnya ia lupa untuk bertanya.
Tiba-tiba saya teringat dan ketika saya tanyakan kembali tentang pita kuningnya,Jane terlihat sedih,air matanya sedikit menggenang di sudut."Sekarang kita sangat bahagia John.Apa bedanya?" Dan , saya rasa Jane benar,apa bedanya?
Kami sekarang memiliki 2 orang anak.Kami berempat tertawa bahagia sambil merayakan ulang tahun pernikahan kami yang ke-50.Saat itulah saya menanyakannya kembali.Tapi raut wajah Jane masih sama,murung dan sedih,"Kamu telah menunggu selama ini.Kau bisa menunggu sebentar lagi."
Lagi-lagi saya tidak tega melihat kesedihannya itu,saya pun hanya bisa setuju.Setahun kemudian,Jane pun terbaring lemah di tempat tidur.Dokter memberitahu saya untuk bersiap-siap mengucapkan selamat tinggal kepada Jane,dan air mata pun tak terasa telah mengalir di pipi saya.Sebentar lagi kami akan berpisah? Rasanya saya sungguh tidak sanggup ditinggal olehnya.
Kami pun berbicara berdua,mengingat semua kenangan-kenangan bahagia saat menjalani hidup bersama. Jane lalu tersenyum sedih,"Baiklah John, sekarang aku akan memberitahumu tentang pita ini.Silahkan buka ikatannya."
Dengan tangan yang gemetar dan jantung berdegup kencang saya mencoba meraih pita kuning di lehernya.Dan ketika saya buka....
"Mengapa kamu selalu memakai pita kuning itu Jane?"Saya bertanya seperti itu padanya setiap hari,tapi ia hanya tersenyum dan tidak mengatakan apa-apa.
Meskipun jengkel,saya tetap menganggapnya manis.Kami makan es krim sundae bersama,memintanya untuk datang untuk melihat permainan sepak bola.Lalu saya pun mulai sering mampir kerumahnya,mengajaknya kencan dan tentu saja dia selalu menyanggupinya dan selalu memakai gaun kuning yang cocok dengan warna pita dilehernya itu setiap kami pergi jalan.
Akhirnya kami resmi berpacaran.Dan saya masih belum bisa mengetahui rahasia di balik pita kuning itu.Kemudian pertanyaan itu kembali saya lontarkan lagi kepadanya.
"Mungkin suatu hari nanti saya akan menceritakannya padamu John."ia menjawab akhirnya.
Hah? Suatu hari? Suatu hari itu kapan? Hal ini benar-benar membuat penasaran sekaligus jengkel.Tapi saya tidak sanggup menampilkan wajah kesal karena melihat sikapnya yang sangat polos dan lucu.
Waktu pun berlalu dengan cepat.Johnny pun memutuskan melamar Jane dan gadis itu menerimanya.Mereka berdua mengadakan pesta pernikahan yang besar dan Jane pernah mengatakan mungkin ia akan mengatakan rahasia pita kuningnya itu saat hari pernikahan.
Saya akan menanyakannya kembali,pikir John saat itu.Tapi entah bagaimana setiap ia ingin bertanya selalu saja tidak ada kesempatan,entah sibuk merias wajah pengantin,wedding planner yang ingin mengkonfirmasi ulang acara,atau mengobrol dengan para tamu.Sampai akhirnya ia lupa untuk bertanya.
Tiba-tiba saya teringat dan ketika saya tanyakan kembali tentang pita kuningnya,Jane terlihat sedih,air matanya sedikit menggenang di sudut."Sekarang kita sangat bahagia John.Apa bedanya?" Dan , saya rasa Jane benar,apa bedanya?
Kami sekarang memiliki 2 orang anak.Kami berempat tertawa bahagia sambil merayakan ulang tahun pernikahan kami yang ke-50.Saat itulah saya menanyakannya kembali.Tapi raut wajah Jane masih sama,murung dan sedih,"Kamu telah menunggu selama ini.Kau bisa menunggu sebentar lagi."
Lagi-lagi saya tidak tega melihat kesedihannya itu,saya pun hanya bisa setuju.Setahun kemudian,Jane pun terbaring lemah di tempat tidur.Dokter memberitahu saya untuk bersiap-siap mengucapkan selamat tinggal kepada Jane,dan air mata pun tak terasa telah mengalir di pipi saya.Sebentar lagi kami akan berpisah? Rasanya saya sungguh tidak sanggup ditinggal olehnya.
Kami pun berbicara berdua,mengingat semua kenangan-kenangan bahagia saat menjalani hidup bersama. Jane lalu tersenyum sedih,"Baiklah John, sekarang aku akan memberitahumu tentang pita ini.Silahkan buka ikatannya."
Dengan tangan yang gemetar dan jantung berdegup kencang saya mencoba meraih pita kuning di lehernya.Dan ketika saya buka....
Kepala Jane jatuh ke tanah.
0 Comments:
Post a Comment
Budayakan Meninggalkan Komentar Setelah Membaca Sebuah Artikel :)