Our Sponsors

Saya Tegaskan Bahwa Sebagian Besar Artikel di Blog Ini Berasal Dari Pulsk.

Artikel Yang Tidak Tercantum Sumbernya Adalah Berasal Dari Puslk

Monday, November 26, 2012

‘Streisand Effect’, Semakin Dilarang Semakin Dicari



1353922418596733537
(ilust tvtropes.org)
Sudah menjadi kodrat manusia bahwa segala yang dilarang atau ditutup-tutupi justru memicu keingintahuannya untuk mencari hal yang disensor ini. Dalam ilmu psikologi ada sebutan prinsip ‘The forbidden fruit’ (buah terlarang) yang mengacu pada kepenasaran Adam dan Hawa waktu mendapat titah dari Tuhan untuk tidak sekali-kali memakan buah apel di taman firdaus. Bila tak ada larangan khusus memakan buah ini, mungkin mereka malahan tidak pernah melirik apalagi tertarik pada buah ini.
Kecenderungan ini tetap dibawa oleh manusia modern. Buku yang dinyatakan dilarang oleh pemerintah (karena alasan politis, alasan moral atau ideologis), justru membuat buku ini dicari-cari semua orang. Padahal seandainya buku ini tak dilarang, mungkin peminatnya hanya segelintir orang saja. Gambar atau video cabul seorang selebriti yang disensor atas nama undang-undang, justru membuat gambar/video ini beranak-pinak dilipat gandakan melalui mirror dan file-sharing network.

Inilah yang dinamakan dengan ‘Streisand Effect’ yaitu fenomena di mana upaya untuk menyembunyikan atau menghapuskan informasi tertentu justru membawa konsekuensi semakin menyebar dan meluasnya informasi ini. Istilah ini tercipta pada tahun 2003, pada waktu selebriti Barbra Streisand mengajukan tuntutan hukum karena dia merasa rumah kediamannya difoto dari udara dan disebarkan di Internet tanpa seijinnya. Dia menuntut jurufoto Kenneth Adelman and Pictopia.com karena alasan pelanggaran privasi. Tuntutan berbiaya 50 juta dollar untuk mencabut gambar ini dari Internet akhirnya tak dikabulkan oleh pengadilan. Alasannya foto udara ini diambil dalam rangka proyek untuk mendokumentasikan erosi pantai di California, bukan untuk mencuri gambar kediaman sang artis. Akibat tuntutan pencabutan gambar ini, foto yang diunduh cuma 6 kali di website Adelman, meningkat menjadi 420.000 pada bulan selanjutnya.
Padahal kalau dilihat foto udara pantai Malibu di mana rumah Barbra Streisand ini berdiri, sesungguhnya tak ada yang istimewa dan ‘bercerita banyak’. Upaya penyensorannya yang membuat informasi ini meraja-lela kemana-mana. Dalam juridiksi AS sesungguhnya sudah ada undang-undang cease and desist dan DMCA take down. Cease and desist adalah perintah untuk menghentikan (cease) dan tidak mengulangi perbuatan tersebut (desist) dengan ancaman sanksi hukum bila dilanggar. Contoh kasus cease and desist misalnya pada perongrongan (harassment) melalui telepon oleh penagih hutang, menguntit (stalking) seseorang, pelanggaran hak cipta dan hak paten dan sebagainya.
DMCA (Digital Millennium Copyright Act) adalah undang-undang yang disahkan pada tahun 1998 yang memberi sanksi hukum terhadap pelanggaran hak cipta dan hak milik intelektual. DMCA take down adalah pencabutan (penghapusan) konten sesuatu website atas permintaan dari pemilik konten atau permintaan dari pemegang hak cipta dari konten tersebut. Namun seperti yang sudah dipaparkan di atas, upaya ‘memblokir’ informasi ini, justru membuatnya tersebar tak terkendali di dunia maya. Inilah keunikan dari ‘Streisand Effect’ yang bak pepatah kita ‘Patah satu Tumbuh Seribu’ di era Internet ini. Dan meneguhkan maxim dari zaman nenek moyang manusia yaitu ‘semakin dilarang semakin dicari’ orang.

0 Comments:

Post a Comment

Budayakan Meninggalkan Komentar Setelah Membaca Sebuah Artikel :)

Copyright by Muhammad Farhan Ammar. Powered by Blogger.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...