Jika anak di bawah tiga tahun (anak batita) merajuk minta sekolah, maka tak perlu mengkhawatirkan usianya. Usia bukanlah patokan orangtua untuk mengantarkan anak batitanya ke sekolah. Anak memerlukan stimulasi untuk mengembangkan kemampuan dasar.
Sekolah bisa membantu orangtua memberikan stimulasi ini kepada anak batitanya. Semakin dini stimulasi
yang baik diberikan, maka tumbuh kembang anak juga baik. Pasalnya, pada usia 0-3, kemampuan menyerap anak luar biasa.
Jika orangtua memutuskan untuk memasukkan anak batitanya ke sekolah, maka perhatikan sejumlah hal ini:
* Berikan kepercayaan kepada sekolah untuk memberikan stimulasi. Beri juga kesempatan kepada guru untuk membangun relasi dengan anak dan membuat anak percaya kepada orang dewasa di luar orangtuanya.
* Jangan mengirim anak batita ke sekolah untuk mengejar kemampuan membaca, menulis, dan berhitung. Belum masanya ia mendapat stimulasi kognitif seperti itu.
* Sekalipun batita sudah bersekolah, guru utama adalah ibu. Dalam hal ini bukan berarti ibunya jadi membuka “sekolah” di rumah. Namun, ibu punya peran untuk memberikan stimulasi yang alami. Contohnya, memberikan kesempatan kepada anak untuk makan, mandi, berpakaian sendiri, berjalan sendiri, dan memilih pakaiannya sendiri.
* Bantu anak untuk mengulangi pelajaran yang didapatkannya dari sekolah. Seperti mengulangi lagu-lagu yang diajarkan, aneka permainan yang dilakukan, dan buku cerita yang dibacakan. Dengan demikian, stimulasi yang diberikan di sekolah berlanjut di rumah.
* Gunakan kondisi bersekolah untuk mendorong anak melakukan hal positif, seperti, “Kakak kan sudah besar, sudah sekolah, jadi makannya harus habis, ya.”
* Berikan kepercayaan kepada sekolah untuk memberikan stimulasi. Beri juga kesempatan kepada guru untuk membangun relasi dengan anak dan membuat anak percaya kepada orang dewasa di luar orangtuanya.
* Jangan mengirim anak batita ke sekolah untuk mengejar kemampuan membaca, menulis, dan berhitung. Belum masanya ia mendapat stimulasi kognitif seperti itu.
* Sekalipun batita sudah bersekolah, guru utama adalah ibu. Dalam hal ini bukan berarti ibunya jadi membuka “sekolah” di rumah. Namun, ibu punya peran untuk memberikan stimulasi yang alami. Contohnya, memberikan kesempatan kepada anak untuk makan, mandi, berpakaian sendiri, berjalan sendiri, dan memilih pakaiannya sendiri.
* Bantu anak untuk mengulangi pelajaran yang didapatkannya dari sekolah. Seperti mengulangi lagu-lagu yang diajarkan, aneka permainan yang dilakukan, dan buku cerita yang dibacakan. Dengan demikian, stimulasi yang diberikan di sekolah berlanjut di rumah.
* Gunakan kondisi bersekolah untuk mendorong anak melakukan hal positif, seperti, “Kakak kan sudah besar, sudah sekolah, jadi makannya harus habis, ya.”
0 Comments:
Post a Comment
Budayakan Meninggalkan Komentar Setelah Membaca Sebuah Artikel :)